Rechercher dans ce blog

Rabu, 26 Februari 2020

Naturalisasi Pebasket yang Tak Kunjung Rampung – Bebas Akses - kompas.id

KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Pelatih tim nasional bola basket Indonesia Rajko Toroman mengatakan hal yang sama setelah kalah dalam kualifikasi Piala Asia FIBA 2021, dari Filipina dan Korea Selatan. Pelatih asal Serbia itu berkali-kali menyoroti ketidakhadiran pemain naturalisasi yang membuat kualitas timnya timpang.

Pelatih tim nasional bola basket Indonesia Rajko Toroman berkali-kali menyoroti ketidakhadiran pemain naturalisasi yang membuat kualitas timnya timpang.

“Kami memiliki Lester (Prosper) dan Brandon (Jawato). Kami bisa lebih kompetitif dengan keberadaan mereka. Di situasi ini, Anda tidak bisa mengharapkan kami menang tanpa adanya bantuan,” kata Toroman setelah timnya kalah telak dari Filipina, 70-100, pada Minggu (23/2/2020), di Jakarta.

Toroman tampak kecewa karena proses naturalisasi Prosper dan Jawato gagal selesai tepat waktu. Kedua pemain yang sudah direncanakan bermain di jendela pertama kualifikasi FIBA, 20-23 Februari 2020, itu gagal terwujud.

Timnas pun harus bermain menggunakan 12 pemain lokal. Termasuk dua pemain muda, Derrick Michael (16) dan Muhamad Arighi (21), yang menggantikan pemain naturalisasi. Kesempatan memanfaatkan keuntungan bermain di kandang justru berujung pada kekalahan dengan margin lebih dari 30 angka dari Filipina dan Korsel.

CLS KNIGHTS INDONESIA

Brandon Jawato, pemain naturalisasi timnas basket Indonesia. Jawato tidak bisa ikut tampil di jendela pertama Kualifikasi Piala Asia 2021 karena belum rampungnya proses pengesahan paspor.

Arti kehadiran pemain naturalisasi begitu krusial. Toroman menilai Jawato merupakan pemain paling energik sepanjang 29 tahun karir melatihnya, sementara Prosper merupakan pemain tertinggi di tim dengan 2,09 meter. “Saya harap sudah selesai nanti saat jendela kedua kualifikasi November 2020,” jelas pelatih berusia 65 tahun itu.

Kepastian gagalnya naturalisasi baru disampaikan dua hari sebelum laga pertama kualifikasi Piala Asia. Pelatih dan pemain pun tidak punya banyak waktu menyesuaikan sistem bermain.

Pemerhati basket nasional Tjetjep Firmansyah mengatakan, dampak dari ketidakhadiran pemain naturalisasi sangat besar. Sebab, timnas yang turut bermain di Liga Basket Nasional (IBL) dengan nama Indonesian Patriots sejak Januari selalu mengandalkan Prosper dan Jawato.

Kedua pemain itu mendapatkan menit terbanyak bermain, setelah dua guard lokal, Abraham Grahita dan Andakara Prastawa, rata-rata 25 menit per laga. Dengan menit bermain itu, mereka menjadi penyumbang poin dan rebound terbanyak. Prosper rata-rata 17,1 poin dan 12,9 rebound, sementara Jawato 16,3 poin dan 6,4 rebound.

KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Pemain tim nasional basket Indonesia Kevin Yonas Agradiba Sitorus (depan) berebut bola pantulan keranjang dengan pemain tim nasional Korea Seongggon Moon dalam pertandingan Kualifikasi Piala Asia Basket FIBA 2021 di Lapangan Basket Mahaka Arena, Jakarta, Kamis (20/2/2020). Ketidakhadiran pemain naturalisasi membuat pebasket timnas kesulitan dalam memenangkan rebound.

Ketidakhadiran mereka membuat sistem mencetak poin dan rebound terdampak. “Paling kelihatan itu di sistem rebound. Pemain kita seperti tidak tahu bagaimana bertarung. Karena itu kan sebelumnya tugas pemain naturalisasi,” kata Tjetjep yang juga mantan pelatih timnas.

Rebound Indonesia total dalam dua laga hanya 63 kali, sedangkan Filipina dan Korsel sejumlah 98 kali. Kekalahan telak rebound menjadi salah satu penyebab kekalahan telak dengan selisih 30 poin dari Filipina dan 33 poin dari Korsel.

Menurut Tjetjep, manajemen timnas perlu diperbaiki. “Jika memang belum pasti bisa tampil yang naturalisasi, mending tidak usah main saat di IBL. Atau menitnya sedikit saja. Ini justru jadi andalan pas persiapan, ternyata tidak bisa tampil. Padahal kita punya peluang curi kemenangan setidaknya kalau kalah juga tipis,” pungkasnya.

Kesalahan berulang

Kegagalan dalam naturalisasi ini seperti mengulang pengalaman pahit pada SEA Games Manila 2019. Kala itu, Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi) juga gagal merampungkan naturalisasi Prosper. Hal itu membuat timnas gagal total dan untuk pertama kalinya pulang tanpa medali sejak terakhir kali terjadi pada 2013.

Propser gagal ikut SEA Games karena proses naturalisasi terlambat. Sebab, pemain awal yang ingin dinaturalisasi adalah Denzel Bowles. Namun, karena persoalan nonteknis, proses naturalisasi Bowles dibatalkan.

KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Ekspresi pelatih tim nasional basket Indonesia Rajko Toroman saat melihat anak asuhnya menghadapi tim nasional Filipina dalam pertandingan Kualifikasi Piala Asia FIBA 2021 di Mahaka Arena, Kelapa Gading, Jakarta, Minggu (23/2/2020).

Perbasi awalnya menargetkan naturalisasi prosper yang sudah diurus sejak Oktober 2019, bisa rampung pada jendela pertama kualifikasi. Akan tetapi, proses mundur terus. Persetujuan naturalisasi baru ditandatangani Presiden menjelang laga pertama kualifikasi.

“Kami sudah bolak-balik juga untuk urus ke Sekretariat Negara, tetapi memang baru ditandatangani. Mungkin mereka juga sibuk. Jadinya gak sempat karena kan harus ada rapat dengar pendapat sama DPR dan pengesahan lagi,” terang Ketua Umum PP Perbasi Danny Kosasih.

Mantan pelatih timnas basket Fictor “Ito” Roring menceritakan, wacana naturalisasi sebenarnya sudah ada sejak sebelum Asian Games 2018. Ito menyampaikan timnya butuh pemain bertubuh besar dengan posisi center untuk bersaing dengan negara-negara Asia. Namun, naturalisasi tidak pernah terjadi. Timnas hanya menggunakan pemain naturalisasi berposisi forward yang sudah sejak 2015 bermain di IBL, Jamarr Andre Johnson.

“Makanya kami tidak bisa bersaing di Asian Games. Di level internasional, tinggi badan itu sangat berpengaruh. Apalagi untuk bisa bersaing dengan tim-tim Asia yang punya pemain berpostur tinggi,” kata Ito.

Naturalisasi menjadi jalan pintas bagi timnas untuk lolos ke Piala Dunia FIBA 2023, saat Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah. Syarat untuk lolos langsung adalah berada di peringkat ke-10 saat gelaran Piala Asia 2021.

Jalan awalnya, Indonesia harus lolos kualifikasi Piala Asia terlebih dulu. Timnas masih akan bertanding empat kali di kualifikasi Grup A, masing-masing sekali melawan Korsel dan Filipina, dan dua kali bertemu Thailand. Harapan lolos masih ada. Asalkan solusi jangka pendek yakni naturalisasi pemain tidak hanya sebatas wacana.

Let's block ads! (Why?)



"Yang" - Google Berita
February 27, 2020 at 05:04AM
https://ift.tt/2v8ieZX

Naturalisasi Pebasket yang Tak Kunjung Rampung – Bebas Akses - kompas.id
"Yang" - Google Berita
https://ift.tt/2pYhsfy
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

1 komentar:

  1. Numpang promo ya gan
    kami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
    ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*

    BalasHapus

Search

Entri yang Diunggulkan

Miami cruise passengers arrested after more than 100 bags of marijuana found in luggage - WPLG Local 10

MIAMI-DADE COUNTY, Fla. – Federal agents say they busted a pair of travelers, who tried to take a cruise out of PortMiami with very illega...

Postingan Populer